TPA Sliwung Situbondo: Inovasi dalam Pengelolaan Sampah untuk Kelestarian Lingkungan
Situbondo, 08 Juni 2024 – TPA Sliwung, yang terletak di Situbondo, kini menjadi contoh nyata dari inovasi dan komitmen dalam pengelolaan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini melayani tujuh kecamatan di wilayah tersebut dan menangani sekitar 35 ton sampah setiap harinya. Dengan dukungan 30-40 truk pengangkut sampah, TPA Sliwung mampu mengelola sampah secara efisien dan efektif.
Salah satu penjaga TPA Sliwung mengungkapkan bahwa tempat ini tidak hanya berfungsi sebagai lokasi pembuangan akhir, tetapi juga sebagai pusat pengolahan sampah organik dan anorganik. Beberapa inovasi yang dilakukan di TPA Sliwung antara lain:
1. Budidaya Maggot: TPA Sliwung memanfaatkan sampah organik untuk budidaya maggot. Maggot ini sangat efektif dalam mengurai sampah organik dan bisa digunakan sebagai pakan ternak, sehingga membantu mengurangi volume sampah organik secara signifikan.
2. Pengolahan Gas Metana: Sampah yang ditumpuk di TPA ini menghasilkan air lindi yang kemudian diserap melalui paralon dan difilter untuk menghasilkan gas metana. Gas metana ini bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Teknologi ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh tumpukan sampah.
3. Pembuatan Pupuk Organik: Daun-daun kering yang berceceran di sekitar TPA dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik. Pupuk ini kemudian dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah dan mendukung pertanian lokal. Penggunaan pupuk organik ini juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan.
4. Budidaya Cacing Lumbricus: TPA Sliwung juga mengembangkan budidaya cacing Lumbricus. Cacing ini tidak hanya berperan dalam pengolahan sampah organik, tetapi juga memiliki manfaat medis, seperti membantu mengobati penyakit tipes. Budidaya ini memberikan nilai tambah ekonomi bagi pengelola TPA dan masyarakat sekitar.
5. Pengolahan Sampah Anorganik: Sampah anorganik seperti plastik kresek diolah menggunakan alat khusus untuk dijadikan bahan bakar minyak seperti solar. Proses ini tidak hanya mengurangi volume sampah anorganik, tetapi juga menghasilkan bahan bakar yang berguna. Teknologi ini membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran IPA lingkungan dari Universitas Jember, Zubaidi Abdullah, S.Si., M.Si menyatakan bahwa inovasi-inovasi yang diterapkan di TPA Sliwung dapat menjadi contoh bagi tempat pembuangan sampah lainnya. "TPA Sliwung menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, pengelolaan sampah tidak hanya dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Hal ini sangat penting dalam upaya kita mencapai pembangunan berkelanjutan," ujar beliau
Keberhasilan TPA Sliwung tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan para peneliti. Dukungan dari berbagai pihak ini memungkinkan TPA Sliwung untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pengelolaan sampahnya. Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik juga menjadi kunci keberhasilan TPA Sliwung.
Dengan berbagai inovasi ini, TPA Sliwung tidak hanya mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan, tetapi juga menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik di TPA Sliwung diharapkan dapat menjadi model bagi tempat pembuangan sampah lainnya di Indonesia untuk berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Akhir Kata, keberhasilan TPA Sliwung dalam mengelola sampah menunjukkan bahwa dengan inovasi dan komitmen, masalah sampah yang sering dianggap sebagai beban dapat diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat. Upaya ini sekaligus mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan dengan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang. (RH dan MDI)